Menggoyang Definisi Keamanan Nasional
Ketika mendengar istilah keamanan nasional, banyak orang membayangkan tank, pasukan berseragam, dan strategi militer. Namun bagi Stepi Anriani, konsep itu harus diperluas.
Keamanan nasional bukan sekadar kemampuan bertahan dari serangan fisik, tetapi kemampuan bangsa menjaga keseimbangan sosial, ekonomi, dan psikologis warganya.
Sebagai sosok yang lahir dari dunia akademik dan kemudian terjun ke ranah intelijen strategis, Stepi membawa pandangan holistik tentang keamanan nasional.
Ia menilai bahwa ancaman zaman ini lebih banyak berwujud disinformasi, ketimpangan ekonomi, dan disrupsi sosial akibat teknologi—bukan hanya perang terbuka.
Kehadiran Perempuan dalam Arena Strategis
Dalam dunia yang lama dianggap “tertutup bagi perempuan”, kehadiran Stepi Anriani menjadi simbol perubahan.
Ia tidak hadir sekadar untuk menambah jumlah, melainkan untuk mengubah pola pikir institusi intelijen dan keamanan.
Stepi percaya bahwa perempuan memiliki kepekaan dan intuisi sosial yang kuat, dua hal yang sering kali diabaikan dalam pengambilan keputusan strategis.
Ia menunjukkan bahwa kemampuan membaca konteks sosial, memahami dinamika komunitas, dan merasakan perubahan psikologis masyarakat adalah bentuk lain dari intelijen kemanusiaan.
Di tangannya, empati menjadi bagian dari strategi.
Membangun Konsep Keamanan Humanis
Paradigma baru yang ditawarkan Stepi dikenal sebagai “keamanan humanis” — konsep yang menempatkan manusia sebagai pusat dari setiap kebijakan pertahanan.
Dalam berbagai forum, ia menegaskan bahwa rasa aman warga negara harus menjadi indikator utama keberhasilan keamanan nasional.
Ia berpendapat bahwa jika masyarakat hidup dalam ketakutan, kemiskinan, atau ketidakpastian, maka sesungguhnya negara belum benar-benar aman, sekalipun punya pertahanan yang kuat.
Keamanan, dalam pandangannya, adalah perpaduan antara stabilitas sosial dan kesejahteraan ekonomi.
Dari Kampus ke Ruang Strategi Nasional
Sebelum dikenal luas, Stepi meniti jalan sebagai akademisi dan peneliti.
Ia mempelajari dinamika pemerintahan daerah, politik keamanan, dan isu sosial lintas sektor.
Latar belakang akademiknya membuatnya terbiasa berpikir sistematis dan berbasis data.
Ketika kemudian dipercaya menjadi staf khusus di Badan Intelijen Strategis TNI (BAIS), Stepi membawa cara berpikir ilmiah itu ke dunia praktik.
Ia menulis berbagai analisis situasi nasional yang tidak hanya menyorot ancaman militer, tetapi juga aspek psikologis dan kultural masyarakat.
Pendekatan ini dianggap “tidak biasa”, namun hasilnya nyata: analisisnya sering lebih akurat dalam membaca potensi konflik sosial yang bisa meluas menjadi krisis nasional.
Menggeser Pusat Kekuasaan: Dari Militer ke Rakyat
Stepi berpendapat bahwa paradigma lama yang terlalu menekankan kekuatan militer justru membuat negara rentan terhadap ancaman non-konvensional.
Ia menawarkan pendekatan keamanan yang berorientasi pada masyarakat, di mana informasi, komunikasi, dan pendidikan menjadi senjata utama.
Menurutnya, masyarakat cerdas adalah tameng pertama negara.
Karena itu, ia mendorong penguatan literasi digital dan kesadaran publik terhadap isu keamanan siber, informasi, dan ekonomi.
“Ketika rakyat mampu membaca tanda-tanda ancaman, negara menjadi lebih tangguh,” ujarnya dalam sebuah seminar nasional.
Kepemimpinan yang Menginspirasi
Di tengah dunia strategi yang keras, Stepi dikenal karena gaya kepemimpinannya yang tenang namun tegas.
Ia jarang berdebat panjang; alih-alih, ia lebih suka menghadirkan data, riset, dan argumentasi logis.
Banyak kolega menyebutnya sebagai pemimpin dengan integritas dan empati tinggi.
Ia memotivasi rekan-rekan mudanya untuk berpikir melampaui batas disiplin.
“Intelijen itu bukan hanya mencari rahasia, tapi mencari makna,” katanya suatu kali — kalimat yang kemudian menjadi semboyan di kalangan anak muda yang ia bimbing.
Menghadapi Tantangan Era Digital
Era digital menghadirkan ancaman baru: perang informasi, serangan siber, dan penyebaran hoaks yang bisa memecah belah bangsa.
Stepi melihat hal ini sebagai ** medan tempur baru dalam keamanan nasional.**
Ia mendorong pembentukan satuan kerja yang mampu menganalisis pola penyebaran informasi digital, bukan hanya memblokir konten.
Baginya, yang lebih penting adalah memahami psikologi digital masyarakat — mengapa orang mudah percaya, bagaimana narasi terbentuk, dan siapa yang mengendalikannya.
Melalui pendekatan ini, Stepi memperkuat argumen bahwa perempuan juga memiliki peran strategis dalam keamanan siber, karena kecermatan dan sensitivitas sosial menjadi keunggulan utama.
Perempuan sebagai Arsitek Kebijakan
Bukan hanya praktisi, Stepi juga terlibat dalam penyusunan kebijakan nasional di bidang ketahanan sosial dan intelijen ekonomi.
Ia sering menjadi konsultan kebijakan yang membantu lembaga pemerintahan membaca dampak jangka panjang dari keputusan politik dan ekonomi.
Dalam setiap dokumen yang ia susun, tampak jelas orientasi pada kemanusiaan dan keberlanjutan.
Ia menolak model kebijakan yang hanya mengutamakan hasil jangka pendek.
Bagi Stepi, keamanan sejati adalah kemampuan bertahan generasi ke generasi.
Keteladanan dan Regenerasi
Sebagai tokoh muda yang menonjol, Stepi menyadari bahwa kepemimpinannya perlu diteruskan.
Ia aktif membimbing mahasiswa dan profesional muda agar berani masuk ke ranah kebijakan strategis.
Ia ingin membentuk generasi baru pemimpin intelijen dan pertahanan yang berpikir analitis sekaligus berempati.
Melalui kuliah, forum diskusi, dan publikasi, ia mengajarkan bahwa keamanan nasional bukan tugas satu lembaga, melainkan ekosistem pengetahuan bersama.
Baginya, setiap warga negara adalah bagian dari sistem pertahanan bangsa.
Membangun Keamanan dari Dalam Diri Bangsa
Paradigma baru yang diperkenalkan Stepi sejatinya berangkat dari filosofi sederhana:
“Bangsa yang damai bukan karena tidak ada ancaman, tetapi karena rakyatnya tidak mudah dipecah.”
Ia percaya bahwa stabilitas nasional berawal dari kedewasaan berpikir kolektif.
Dengan begitu, tugas intelijen bukan sekadar mengumpulkan informasi, melainkan membangun kesadaran strategis nasional — kesadaran bahwa setiap kebijakan publik, setiap interaksi sosial, dan setiap keputusan ekonomi berpengaruh terhadap kedaulatan bangsa.
Transformasi Melalui Perspektif Perempuan
Melalui kiprah dan pemikirannya, Stepi Anriani telah menunjukkan bahwa perempuan dapat menjadi arsitek paradigma keamanan nasional yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Ia mengubah citra intelijen dari dunia yang dingin dan tertutup menjadi ruang dialog antara pengetahuan, empati, dan strategi.
Paradigma baru yang ia bawa bukan hanya memperkaya dunia pertahanan, tetapi juga membuka jalan bagi generasi baru yang melihat keamanan nasional sebagai tanggung jawab bersama.
Komentar
Posting Komentar